Setelah sekian lama, akhirnya pecah juga rekor kami, yaitu rekor tidak pernah kecopetan di 5 kota rawan pickpockets di Eropa; Roma, Paris, London, Amsterdam dan Barcelona. Kami termasuk pasangan yang amat berhati-hati pada keadaan. Aku yang pernah hampir kecopetan di Jakarta, tentunya jarang lengah di mana-mana. Tapi Jakarta, gitu looh. Terkenal dengan tingkat kriminalitasnya yang cukup tinggi. Nah, kalau lima kota di atas? Siapa sangka? Yang menyangka tentunya orang yang sudah lama tinggal disana. Dan suamiku yang sudah lebih dulu lima tahun dariku bersekolah di Belanda mengerti sekali banyak trik si copet. Makanya dia banyak waspada. Tapi yah, yang namanya lagi apes, tetap saja tidak bisa dihindari.
Kejadiannya, kami waktu itu habis pulang berbelanja di suatu daerah pertokoan di Paris. Kepikiranku sih pulang naik bis, karena ga perlu capek naik turun tangga metro. Metro yang merupakan subway di Paris sangat tidak bersahabat bagi invalid dan keluarga dengan anak kecil. Ia tidak memiliki lift ataupun eskalator yang dapat memfasilitasi keluarga dengan anak kecil yang memakai stroller. Namun, karena sudah capek dan tidak tahu (baca: malas cari tahu) jadwal dan rute bus menuju hotel, akhirnya kami putuskan untuk tetap naik metro saja.
Saat turun, aku sudah cukup waspada dengan sekeliling, apalagi tadi ada seorang pria yang meloncati pintu masuk metro begitu saja, alias ngemplang ga bayar tiket. Kami mencari gerbong metro yang cukup kosong untuk bisa dimasuki stroller. Tapi ya namanya jam tutup toko, ga ada tuh ceritanya ada metro kosong. Akhirnya, kami masuk saja ke tempat yang bisa dimasuki. Terpaksa kami berdiri saja di dekat pintu karena tidak bisa masuk lebih dalam. Kadang enak juga ya ada kondektur seperti di Jakarta. Kalau bagian tengah kosong, kan dia bisa teriak, "Geser ke dalem, geser paak!". Tapi ini Paris, yang katanya bahkan si metro ini ga ada masinisnya, alias fully automatic.
Kami harus melewati 10 stasiun sebelum sampai ke dekat hotel kami. Tiba-tiba setelah melewati stasiun kedua, terdengar jeritan perempuan. Seorang wanita Asia yang baru saja duduk tiba-tiba mendekati pintu metro dan menerima kotak dari seorang remaja pria yang agak kebingungan. Rupanya si ibu baru sadar kotak belanjaannya ditarik orang. Dan setelah dicek oleh si remaja tadi, kotaknya sudah kosong. Dengan wajah bingung, ibu itu keluar dari metro di stasiun berikutnya.
Saat itulah datang seorang wanita muda dengan perut yang tidak tertutup baju, dan sepertinya hamil. Ia meminta kursi kepada suamiku yang berdiri tepat di pinggir pintu, menutupi anak-anak yang duduk. Saat dia lihat yang duduk anak-anak, dia tidak jadi duduk. Aku yang kasian melihat wanita hamil berdiri akhirnya menyerahkan kursiku dan mempersilahkannya duduk. Tiba-tiba seorang wanita lain mendesakku dan berdiri di tempatku duduk. Kursiku adalah kursi lipat yang biasa ada di dekat pintu masuk kereta. Di stasiun berikutnya, orang disebelahku pergi, dan aku hendak memberitahu si perempuan hamil tadi untuk duduk disana. Ternyata, dia sudah pergi keluar bersama perempuan yang berdiri di antara aku dan keluarga.
Ketika itulah tiba-tiba suamiku bertanya, "Mom, dompetku ada di kamu?". Dug! Langsung berdebar kencang jantungku. "Lah, enggak kan". "Kok ga ada"
Terpikir aku dengan dua perempuan tadi. Dan suamiku bercerita, bahwa mereka memang sempat mendesaknya untuk meminta jalan keluar. Wah, jangan-jangan dicopet mereka. Suamiku mengajak untuk pulang saja ke hotel untuk memblokir semua kartu yang ada di dalam dompet. Sementara pikiranku, mungkin masih bisa diambil, at least dompetnya dan kartu2nya. Karena itu, dalam keadaan sedikit panik, aku ajak saja turun di stasiun berikutnya.
Ternyata stasiun berikutnya adalah salah satu stasiun metro tersibuk di Paris, karena di atasnya ada dua pertokoan terkenal, Lafayette dan Printemps. Apalagi saat itu adalah musim summer sale. Jadi selain banyak orang lalu-lalang, banyak pula petugas pemeriksa karcis yang jarang banget kami temui di berbagai stasiun metro. Waktu itu ada empat orang petugas saat kami lewat. Dua orang berseragam sedang memeriksa karcis, dua orang lagi tanpa seragam tetapi memakai walkie talkie berdiri di sebelahnya.
Kutanyakan pada petugas yang berseragam dimana kami bisa menemukan kantor polisi dengan suara agak gemetar. Yang menanggapi rekan disebelahnya yang tak berseragam dan bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Dengan cepat ia menanyakan kejadiannya dan langsung berkomunikasi melalui HTnya. Sempat pula berdasar ciri-ciri yang kami berikan, ia menyetop beberapa wanita yang baru keluar dari metro.
Lalu ia memberikan petunjuk untuk menuju kantor polisi yang tempatnya ternyata satu stasiun dari tempat itu. Kami pun bergerak menuju kesana. Disana tentu saja polisi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya suamiku meminta surat keterangan hilang untuk SIMnya. Untung saja dia tidak membawa paspor di kantongnya. Kalau tidak kan repot karena kami harus terbang pagi keesokan harinya.
Rasa penyesalan bermunculan dalam 1-2 hari setelah kejadian itu. Pemikiran seperti, coba waktu itu naik bus. Coba waktu itu naik taxi (padahal ga pernah sebagai turis di Eropa kami naik taxi, kecuali ke airport, karena tidak tau tempat pemberhentiannya). Coba waktu itu dompet dititipkan ke aku. Coba ini, coba itu.
Tapi dari segala kegalauan itu, aku iseng meneruskan bacaan Quranku. Subhanallah, tiba-tiba ada ketenangan luar biasa yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Dan instead of saying "andai", bermunculanlah pemikiran-pemikiran "untung". Untung yang dicopet cuma dompet suami, bukan dompetku yang isinya iqamaku dan anak-anak. Repot banget itu ngurusnya. Untung isi tasku tidak dijarah, karena ada pasporku didalamnya. Untung suamiku saat dicopet tidak terdesak sampai terdorong keluar kereta. Kalau terjatuh kan celaka namanya. Na'udzubillah min dzalik. Untung pula mencopetnya tidak pakai tindak kekerasan, seperti yang pernah dialami teman kami di Barcelona. Ia sempat kerampokan dengan cara dipukul kepalanya. Dan banyak lagi silver lining dari dark cloudnya yang bisa dilihat. Memang namanya juga musibah, tinggal kita banyak-banyak istighfar dan mengucap Innalillahi wa inna illaihi rooji'un.
Mungkin memang saatnya kami kecopetan. Karena kami terbiasa waspada jadi malah jumawa. Insya Allah, kami bisa berhati-hati sambil tawakal kepadaNya.
Sebelum menutup tulisan, aku mau bagi-bagi tips dan pengalaman supaya lebih hati-hati dimanapun juga. Karena benar adanya seperti kata tulisan peringatan di daerah turistik di Amsterdam, "Pencopet pun ikut berbelanja" :)
Tips Mengamankan Barang Saat Bepergian di Eropa
1. Waspadalah pada keadaan sekitar. Perhatikan orang-orang yang mencurigakan, seperti misalnya orang berkursi roda berselimut saat musim panas. Orang-orang tua ataupun yang disabled pada musim panas tetap saja akan kepanasan. Jadi seperti kejadian di Geneve, orang-orang ini sebenarnya adalah tempat para pencopet menyembunyikan hasil jarahannya. Atau orang-orang dengan gerak-gerik mencurigakan, misalnya yang mengikuti kita belanja tanpa dia ikut berbelanja di dalam toko.
2. Jangan menaruh dompet di kantung belakang untuk pria. Taruh di kantung depan, dan usahakan setipis mungkin. Suamiku tidak pernah menaruh dompet di kantung belakang. Tetapi kemarin kebetulan jenis celananya memperlihatkan dompet yang terlalu tebal.
3. Tinggalkan barang-barang atau cash di safe deposit box di hotel. Bawalah seperlunya. Jangan taruh uang hanya di dalam dompet. Taruh pula sebagian di tempat lain, misal di sisi dalam kantung jaket, atau di dalam sepatu. Bahkan sekarang turis Jepang ada yang menyembunyikan uangnya di dalam (maaf) pakaian dalamnya. Jangan TIDAK membawa uang sama sekali. Karena kalau misalnya dirampok dan kita tidak bisa memberikan uang cash, bisa jadi dia akan mengambil yang lain atau mencelakai kita.
4. Jangan terpengaruh situasi yang kira-kira dibuat sebagai distraction. Contoh distraction adalah seperti yang terjadi pada kami diatas dengan seorang hamil (mungkin pura-pura hamil dengan perut palsu). Bisa juga misalnya ada orang yang tiba-tiba duit recehnya jatuh, dan minta kita untuk menolong memungutnya. Atau ada orang bertengkar tiba-tiba di depan kita. Karena pencopetan merupakan salah satu kejahatan yang terorganisir (aku taunya bukan karena sering main Mafia Wars di Facebook loh). Saat kita teralih perhatian untuk menolong orang-orang tersebut, temannya akan melakukan aksi pencopetannya.
5. Bila memungkinkan, di kota-kota tersebut pilih transportasi yang tidak terlalu penuh dan tidak di jam sibuk. Tempat kerja pencopet yang paling terkenal adalah Metro di Paris. Karena jeda antara buka dengan tutup pintu kereta sangat cepat, sehingga kadang tidak ada waktu untuk berpikir. Hati-hati naik bis yang penuh di kota Roma. Teman saya pun pernah kecopetan kamera di kota ini.
6. Jangan memancing perhatian terlalu banyak. Misal teman kuliah saya yang sedang mencari jalan di stasiun Termini Roma. Untuk menghindari copet, ia memakai ranselnya di dalam winter coatnya, sehingga terlihat seperti punuk. Entah bagaimana caranya, dengan mulusnya si pencopet berhasil mengambil dompet di dalam tas ranselnya tersebut.
7. Bila naik kereta (train) antar kota, jangan taruh dompet atau barang berharga lain di jaket yang digantung di tempat jaket yang disediakan. Terkadang pencopet berpura-pura menaruh jaketnya disebelah jaket kita, lalu berpura-pura mengambil sesuatu dari jaketnya, tetapi ternyata tangannya dipanjangkan ke saku jaket kita. Suami saya pernah melihat kejadian ini, namun saat diperiksa, tersangka sudah tidak memegang dompet korban lagi.
8. Bila sadar kecopetan dan melihat pencopetnya, cukup berteriak keras minta tolong dan kalau bisa mengejar, jangan kejar sampai ke tempat sepi. Tahun ini sudah ada 9 kasus penusukan di Roma, dimana orang yang kecopetan berusaha mengejar pencopetnya, tetapi rekan kerja si pelaku sudah menunggu dan menusuk si korban. Lebih baik uang yang hilang daripada nyawa, bukan?
10. Terutama, hati-hati berjalan di keramaian. Kepit tas tangan, usahakan pakai tas yang beresleting atau punya penutup ganda. Waspada tanpa harus terlihat cemas.
Yang penting, enjoy your vacation dan jangan lupa berdoa Bismillaahirahmaanirrohim, Laa hawlaa walaa quwwata illa billah (bagi yang muslim ;))
Kejadiannya, kami waktu itu habis pulang berbelanja di suatu daerah pertokoan di Paris. Kepikiranku sih pulang naik bis, karena ga perlu capek naik turun tangga metro. Metro yang merupakan subway di Paris sangat tidak bersahabat bagi invalid dan keluarga dengan anak kecil. Ia tidak memiliki lift ataupun eskalator yang dapat memfasilitasi keluarga dengan anak kecil yang memakai stroller. Namun, karena sudah capek dan tidak tahu (baca: malas cari tahu) jadwal dan rute bus menuju hotel, akhirnya kami putuskan untuk tetap naik metro saja.
Saat turun, aku sudah cukup waspada dengan sekeliling, apalagi tadi ada seorang pria yang meloncati pintu masuk metro begitu saja, alias ngemplang ga bayar tiket. Kami mencari gerbong metro yang cukup kosong untuk bisa dimasuki stroller. Tapi ya namanya jam tutup toko, ga ada tuh ceritanya ada metro kosong. Akhirnya, kami masuk saja ke tempat yang bisa dimasuki. Terpaksa kami berdiri saja di dekat pintu karena tidak bisa masuk lebih dalam. Kadang enak juga ya ada kondektur seperti di Jakarta. Kalau bagian tengah kosong, kan dia bisa teriak, "Geser ke dalem, geser paak!". Tapi ini Paris, yang katanya bahkan si metro ini ga ada masinisnya, alias fully automatic.
Kami harus melewati 10 stasiun sebelum sampai ke dekat hotel kami. Tiba-tiba setelah melewati stasiun kedua, terdengar jeritan perempuan. Seorang wanita Asia yang baru saja duduk tiba-tiba mendekati pintu metro dan menerima kotak dari seorang remaja pria yang agak kebingungan. Rupanya si ibu baru sadar kotak belanjaannya ditarik orang. Dan setelah dicek oleh si remaja tadi, kotaknya sudah kosong. Dengan wajah bingung, ibu itu keluar dari metro di stasiun berikutnya.
Saat itulah datang seorang wanita muda dengan perut yang tidak tertutup baju, dan sepertinya hamil. Ia meminta kursi kepada suamiku yang berdiri tepat di pinggir pintu, menutupi anak-anak yang duduk. Saat dia lihat yang duduk anak-anak, dia tidak jadi duduk. Aku yang kasian melihat wanita hamil berdiri akhirnya menyerahkan kursiku dan mempersilahkannya duduk. Tiba-tiba seorang wanita lain mendesakku dan berdiri di tempatku duduk. Kursiku adalah kursi lipat yang biasa ada di dekat pintu masuk kereta. Di stasiun berikutnya, orang disebelahku pergi, dan aku hendak memberitahu si perempuan hamil tadi untuk duduk disana. Ternyata, dia sudah pergi keluar bersama perempuan yang berdiri di antara aku dan keluarga.
Ketika itulah tiba-tiba suamiku bertanya, "Mom, dompetku ada di kamu?". Dug! Langsung berdebar kencang jantungku. "Lah, enggak kan". "Kok ga ada"
Terpikir aku dengan dua perempuan tadi. Dan suamiku bercerita, bahwa mereka memang sempat mendesaknya untuk meminta jalan keluar. Wah, jangan-jangan dicopet mereka. Suamiku mengajak untuk pulang saja ke hotel untuk memblokir semua kartu yang ada di dalam dompet. Sementara pikiranku, mungkin masih bisa diambil, at least dompetnya dan kartu2nya. Karena itu, dalam keadaan sedikit panik, aku ajak saja turun di stasiun berikutnya.
Ternyata stasiun berikutnya adalah salah satu stasiun metro tersibuk di Paris, karena di atasnya ada dua pertokoan terkenal, Lafayette dan Printemps. Apalagi saat itu adalah musim summer sale. Jadi selain banyak orang lalu-lalang, banyak pula petugas pemeriksa karcis yang jarang banget kami temui di berbagai stasiun metro. Waktu itu ada empat orang petugas saat kami lewat. Dua orang berseragam sedang memeriksa karcis, dua orang lagi tanpa seragam tetapi memakai walkie talkie berdiri di sebelahnya.
Kutanyakan pada petugas yang berseragam dimana kami bisa menemukan kantor polisi dengan suara agak gemetar. Yang menanggapi rekan disebelahnya yang tak berseragam dan bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Dengan cepat ia menanyakan kejadiannya dan langsung berkomunikasi melalui HTnya. Sempat pula berdasar ciri-ciri yang kami berikan, ia menyetop beberapa wanita yang baru keluar dari metro.
Lalu ia memberikan petunjuk untuk menuju kantor polisi yang tempatnya ternyata satu stasiun dari tempat itu. Kami pun bergerak menuju kesana. Disana tentu saja polisi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya suamiku meminta surat keterangan hilang untuk SIMnya. Untung saja dia tidak membawa paspor di kantongnya. Kalau tidak kan repot karena kami harus terbang pagi keesokan harinya.
Rasa penyesalan bermunculan dalam 1-2 hari setelah kejadian itu. Pemikiran seperti, coba waktu itu naik bus. Coba waktu itu naik taxi (padahal ga pernah sebagai turis di Eropa kami naik taxi, kecuali ke airport, karena tidak tau tempat pemberhentiannya). Coba waktu itu dompet dititipkan ke aku. Coba ini, coba itu.
Tapi dari segala kegalauan itu, aku iseng meneruskan bacaan Quranku. Subhanallah, tiba-tiba ada ketenangan luar biasa yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Dan instead of saying "andai", bermunculanlah pemikiran-pemikiran "untung". Untung yang dicopet cuma dompet suami, bukan dompetku yang isinya iqamaku dan anak-anak. Repot banget itu ngurusnya. Untung isi tasku tidak dijarah, karena ada pasporku didalamnya. Untung suamiku saat dicopet tidak terdesak sampai terdorong keluar kereta. Kalau terjatuh kan celaka namanya. Na'udzubillah min dzalik. Untung pula mencopetnya tidak pakai tindak kekerasan, seperti yang pernah dialami teman kami di Barcelona. Ia sempat kerampokan dengan cara dipukul kepalanya. Dan banyak lagi silver lining dari dark cloudnya yang bisa dilihat. Memang namanya juga musibah, tinggal kita banyak-banyak istighfar dan mengucap Innalillahi wa inna illaihi rooji'un.
Mungkin memang saatnya kami kecopetan. Karena kami terbiasa waspada jadi malah jumawa. Insya Allah, kami bisa berhati-hati sambil tawakal kepadaNya.
Sebelum menutup tulisan, aku mau bagi-bagi tips dan pengalaman supaya lebih hati-hati dimanapun juga. Karena benar adanya seperti kata tulisan peringatan di daerah turistik di Amsterdam, "Pencopet pun ikut berbelanja" :)
Tips Mengamankan Barang Saat Bepergian di Eropa
1. Waspadalah pada keadaan sekitar. Perhatikan orang-orang yang mencurigakan, seperti misalnya orang berkursi roda berselimut saat musim panas. Orang-orang tua ataupun yang disabled pada musim panas tetap saja akan kepanasan. Jadi seperti kejadian di Geneve, orang-orang ini sebenarnya adalah tempat para pencopet menyembunyikan hasil jarahannya. Atau orang-orang dengan gerak-gerik mencurigakan, misalnya yang mengikuti kita belanja tanpa dia ikut berbelanja di dalam toko.
2. Jangan menaruh dompet di kantung belakang untuk pria. Taruh di kantung depan, dan usahakan setipis mungkin. Suamiku tidak pernah menaruh dompet di kantung belakang. Tetapi kemarin kebetulan jenis celananya memperlihatkan dompet yang terlalu tebal.
3. Tinggalkan barang-barang atau cash di safe deposit box di hotel. Bawalah seperlunya. Jangan taruh uang hanya di dalam dompet. Taruh pula sebagian di tempat lain, misal di sisi dalam kantung jaket, atau di dalam sepatu. Bahkan sekarang turis Jepang ada yang menyembunyikan uangnya di dalam (maaf) pakaian dalamnya. Jangan TIDAK membawa uang sama sekali. Karena kalau misalnya dirampok dan kita tidak bisa memberikan uang cash, bisa jadi dia akan mengambil yang lain atau mencelakai kita.
4. Jangan terpengaruh situasi yang kira-kira dibuat sebagai distraction. Contoh distraction adalah seperti yang terjadi pada kami diatas dengan seorang hamil (mungkin pura-pura hamil dengan perut palsu). Bisa juga misalnya ada orang yang tiba-tiba duit recehnya jatuh, dan minta kita untuk menolong memungutnya. Atau ada orang bertengkar tiba-tiba di depan kita. Karena pencopetan merupakan salah satu kejahatan yang terorganisir (aku taunya bukan karena sering main Mafia Wars di Facebook loh). Saat kita teralih perhatian untuk menolong orang-orang tersebut, temannya akan melakukan aksi pencopetannya.
5. Bila memungkinkan, di kota-kota tersebut pilih transportasi yang tidak terlalu penuh dan tidak di jam sibuk. Tempat kerja pencopet yang paling terkenal adalah Metro di Paris. Karena jeda antara buka dengan tutup pintu kereta sangat cepat, sehingga kadang tidak ada waktu untuk berpikir. Hati-hati naik bis yang penuh di kota Roma. Teman saya pun pernah kecopetan kamera di kota ini.
6. Jangan memancing perhatian terlalu banyak. Misal teman kuliah saya yang sedang mencari jalan di stasiun Termini Roma. Untuk menghindari copet, ia memakai ranselnya di dalam winter coatnya, sehingga terlihat seperti punuk. Entah bagaimana caranya, dengan mulusnya si pencopet berhasil mengambil dompet di dalam tas ranselnya tersebut.
7. Bila naik kereta (train) antar kota, jangan taruh dompet atau barang berharga lain di jaket yang digantung di tempat jaket yang disediakan. Terkadang pencopet berpura-pura menaruh jaketnya disebelah jaket kita, lalu berpura-pura mengambil sesuatu dari jaketnya, tetapi ternyata tangannya dipanjangkan ke saku jaket kita. Suami saya pernah melihat kejadian ini, namun saat diperiksa, tersangka sudah tidak memegang dompet korban lagi.
8. Bila sadar kecopetan dan melihat pencopetnya, cukup berteriak keras minta tolong dan kalau bisa mengejar, jangan kejar sampai ke tempat sepi. Tahun ini sudah ada 9 kasus penusukan di Roma, dimana orang yang kecopetan berusaha mengejar pencopetnya, tetapi rekan kerja si pelaku sudah menunggu dan menusuk si korban. Lebih baik uang yang hilang daripada nyawa, bukan?
10. Terutama, hati-hati berjalan di keramaian. Kepit tas tangan, usahakan pakai tas yang beresleting atau punya penutup ganda. Waspada tanpa harus terlihat cemas.
Yang penting, enjoy your vacation dan jangan lupa berdoa Bismillaahirahmaanirrohim, Laa hawlaa walaa quwwata illa billah (bagi yang muslim ;))
serem juga yakk :-s
ReplyDeleteapalagi kalo nodongnya pake senjata tajam dan kekerasan. hiks.
Iya Em.. Makanya, walaupun kesel kecopetan, berusaha mengilangkan kesel dengan mikir yg baek2nya aja deeh.
DeleteWell...., just happen to me, barusan td dari hotel mercure di paris sy mau jalan ke muse de louvre, pas nyampe di garden ada sekelompok anak anak , kayaknya mereka imigran deh, yg ngacungin petisi2, dan maksa saya buat sign di petisi tsb, setelah di uyel2, saya baru nyadar kalo dompet yg ada di saku jas saya ga ada, lsg saya teriak..my wallet.. My wallet, berharap ada polisi yg nyamperin, ternyata ga ada sama sekali, dan ada bule yg neriakin sya,eh tnyata dompet sy ada di samping mobil skitar 10 meter dr saya berdiri, paspor masih ada tp duit (jumlah lumayan) ilang...hiks
ReplyDeleteAllahumma ajirni fi musibati, wa akhlif li khayran minha – "Ya Allah, reward me for my affliction and replace it for me with that which is better"
Amiin
innalillaahi. Termasuk untung juga tuh, karena paspor ada dan dompet balik. Soalnya dompet ilang tuh urusan panjang, dari SIM sampe kartu2 bank semua harus urus lagi.
DeleteKami juga kemaren nemuin tuh yang minta isiin petisi2, cewek2 muda juga tuh dan agak maksa. Makasih tambahan tipsnya, jadi tambah ngejauhin mereka aja kl mereka deket2 :)
Makasih ya udah mampir.
Ternyata di negara-negara maju, tingkat kriminalitasnya sama tinggi dengan di Jakarta ya :D
ReplyDeletebenar sekali, tadinya memang hanya di 5 kota yang sudah saya sebut di atas yg paling rawan. Ternyata skrg kota Geneve ikutan rawan copet. Mnrt berita sih dipicu dari bnykny migrasi org dr Eropa Timur ke Eropa Barat.
DeleteSalam kenal ya Nunik.
Menurut ku, klndi eropa masalah copet nya jauh 10000 ribu x lipat lebih ganas deh dr jakarta. Kl di jakarta, kecopetan n di teriyakin, yg larn pada bantu buat ngejar n stlh ke pegang di gebukin ato di bakar, mantep n jos bngt tuh. Nah kl di eropa, kecopetan, ente mau teriyak2 ky gmn deh, ga bakal ada yg gubris... dan di sana yg nama nya copet serem lah, hampir di setiap jalan n dmn aja anda berada gw jamin copet di sekitar anda. Supir bus di sana juga mafia semua, hati2 bngt lahhhh
ReplyDeleteMba Vica,
ReplyDeleteAku mau share ya :
1. Oktober 2013 : temen 1 grup ku kecopetan di Paris. Tampaknya pas di metro saat perjalanan pulang ke hotel, hari sudah malam, dan temanku itu memang paling mencolok dgn barang2 branded yg dipakenya jadi sepertinya sdh jadi incaran copet. Alhasil pas sampai hotel baru sadar dompetnya hilang, uang sekitar EUR 1.500 pun melayang plus kartu2 kredit, dll. Innalillaahi wa innailaihi roji'un.
2. April 2017 : anakku(16 thn) hampir kecopetan juga di metro, di Paris. Dia pake ransel + tas pinggang yg diselempangin ke dada. Sepertinya keliatan banget anakku jagain banget tas pinggangnya (karena memang uang dan paspor dia taro di situ). Jadi copet2 udah ngincer ke tas pinggang anakku. Dia dipepet ama 2 anak muda yg ganteng n cantik n rapih, tapi alhamdulillah anakku ngerasa ada tangan2 yg nyoba2 masuk ke tas pinggangnya....anakku ama temen2nya cepet turun di stasiun berikut (padahal blm sampai tujuan), alhamdulillah selamat, ga ada yg hilang.
Intinya, sebelum bepergian walopun itu jarak dekat, jangan lupa berdo'a minta perlindungan Allah swt. Lalu ikhtiar maksimal menyimpan barang2 berharga di tempat yg susah dijangkau copet, kalo perlu pake dompet uang yg dikalungkan yang dimasukin ke dalam baju. Dokumen spt paspor hrs simpen file nya di HP dan punya copy-annya. Dan sepanjang perjalanan terutama saat di transportasi umum selalu waspada, ga mudah teralih dan jangan lepas dzikir....semoga kita selalu dilindungi dimanapun berada.... :)
Makasiii mba Ina, tambahannya... moga2 yang baca postingan ini tambah siaga tanpa harus terlihat cemas. Dan emang deh, bekal utama itu doa minta perlindungan Allaah SWT. Makasih ya udah mampir :)
Delete