Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2013

Wisata Cita Rasa Klasik di Kota Solo

  gerbang kraton Solo, kota kelahiran mamiku merupakan kota kecil yang sarat akan budaya Jawa keraton dan terlihat jelas di berbagai sudutnya. Mulai dari gerbang kotanya, keratonnya sampai beberapa bangunan tua dan yang masih dilestarikan sehingga masih terlihat seperti kota tua. Perjalanan biasa dimulai dari Stasiun Balapan atau Bandara Adi Sumarmo menuju ke rumah kediaman Eyang kami di daerah Sangkrah. Di sanalah tempat saya menyimpan banyak kenangan masa kecil. Kini saat eyang putri sudah tiada, saya sering menginap di rumah eyang saya yang lain yang letaknya di dekat alun-alun kidul kraton yang ramai. Di tengah bangunan-bangunan modern yang berdiri kokoh, Keraton Solo yang terletak di tepian alun-alun kota menjadi pusat pusaran waktu yang membawa pelancong di kota Solo menelusuri sejarah masa lalu  Kasunanan Solo. Kita dapat mengunjungi Keraton atau istana "kerajaan" ala Jawa ini melalui pintu gerbang yang berdekatan dengan pintu gerbang menuju Pasar Klewer, pa

Menyusuri Jalan Kenangan di Kota Solo

Gerbang Pasar Klewer "Mampir Solo ga Vic?" Pertanyaan yang hampir selalu berulang saat aku mudik ke Indonesia. Memiliki darah separuh Solo tentunya membuatku juga memiliki banyak saudara dari yang dekat sampai jauh di kota kecil yang kalem ini. Tak terhitung seberapa panjang rentang pita memori yang terekam di kepalaku tentang Solo. Sejak SD, hampir tiap libur panjang kenaikan kelas, aku menginjakkan kaki di Stasiun Kota Balapan yang menjadi gerbang awal petualangan liburanku di rumah eyang putriku yang terletak di daerah Sangkrah dekat pabrik sirop de Hoop. Jalanan panas dan berdebu kulalui di depan stasiun Kota saat pagi-pagi berjalan menuju pasar untuk membeli bubur terik kesukaanku. Wedhus mengembik dan berlarian bebas di depan pasar dan peron stasiun melepaskan aroma khasnya yang prengus. Biar saja, toh nantinya dia akan berakhir di panggangan sate pak Bejo yang terkenal dengan sate buntelnya dan berlokasi juga di daerah Sangkrah itu. Gerbang Kraton Hampi

Penghuni Misterius Rumah Kami

A'udzubillaahhi minnasyaitoon ni rojiiim. Bismillaaahirrahmaanirrohiim. Sebenarnya saya sudah gatal ingin menulis tentang cerita ini sejak minggu lalu yaitu tepat setelah kejadiannya berlangsung. Tetapi, suasana misterius yang masih terasa kental mengurungkan niat saya, walaupun lebih tepat dibilang masih deg-degan was-was kalau mengingatnya. Apalagi biasanya saya mulai memegang si Merah, laptop kesayanganku, saat selesai solat Magrib. Memiliki papi (alm) yang memiliki indera keenam, membuat saya sudah terbiasa mendengar cerita tentang makhluk dari dunia lain. Apalagi sewaktu kuliah, saya pernah membaca buku "Dialog dengan jin  muslim" yang membuat saya tidak bisa tidur sampai bermalam-malam lamanya. Papi memang jarang menceritakan kalau beliau baru melihat sesuatu kalau tidak ditanya. Mungkin benar maksudnya karena beliau tidak mau menakuti anak-anaknya. Saya pun mempercayai keberadaan makhluk dunia lain ini karena jelas tertera dalam Al Quran. Bukan hanya beru

Saat Rutinitas Sekolah Harus Berubah

credit Setelah sekitar 2 minggu anak-anak bersekolah, rasanya ada yang hilang dari keseharianku. Dua hal yang terasa hilangnya adalah memasak lunch buat anak dan mbantuin bikin homework. Sewaktu di Jeddah, rutin si princess pulang dijemput bapaknya. Jadi setelah berbenah rumah, langsung aku masak buat mereka lunch. Sekitar jam 1-1.30 siang, mereka sampai di rumah dan langsung makan. Saat hubby siap balik lagi ke kantor, my little man pun tiba dari sekolah diantar bis sekolah. Tentang bus memang perlu agak diluruskan. Saya orangnya belajar sejak mahasiswa untuk ga prejudice apalagi sama orang ga dikenal, tapi tiba di Arab, semua negativity entah kenapa keluar *tutupmuka*. Tapi ada satu hal yang salah kaprah dari beberapa teman disini. Dipikirnya kalau naik bus sekolah, karena anak kita anak Indonesia bakal dianak tirikan. Enggak kok berdasar pengalaman. Semua anak diturunkan berdasar daerah dan kedekatan dengan sekolah. Kalau yang jauh ya yang apes. Bukan apes karena anak Indo

Bingung Belanja Sepeda di Belanda

Emak n anak asyik boncengan ( credit ) Ga nyangka ya mau beli sepeda tu ribet juga. Sebelum datang ke Belanda, udah mikir ni kayaknya harus beli sepeda duluan daripada beli mobil. Tetapi ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan ya beli sepeda itu. Gue inget waktu dulu beli sepeda lipetnya hubby. Setelah tahu harga pasaran en kira-kira apa yang dipengenin, hubby yang memang anggota Jeddah Gowes Club, akhirnya beli se-li dengan gampangnya. Cuma tinggal cari harga yang sesuai aja. Nah ternyata di Belanda, yah maklum, namanya juga negeri surga para cyclist, maka sepedanya juga terdiri dari berbagai macam model, jenis dan harga. Dan ternyata yang bagus harganya mahal-mahal iih. Pengennya sih cari sepeda bekas aja, tapi kan waktu itu kita belum punya internet seperti di cerita yang ini sehingga ga bisa cari di pasar barang bekas online. Akhirnya secara tak sengaja kami nemuin suatu toko kecil karena nyasar saat nyari mobile phone shop. Sebenarnya banyak sih toko sepeda di

Buanglah Sampah Pada Tempatnya

credit Ternyata makin ribet juga balik ke Belanda, terutama dalam urusan sampah. Dulu kita bisa dengan seenaknya buang sampah sembarangan. Kalau sekarang ga bisa, karena hidup ini penuh pilihan... Lhoo?! Sebelum kami meninggalkan Belanda 7 tahun yang lalu, pembuangan sampah hanya dibagi menjadi 3 macam; restafval (semua macam sampah rumah), kertas dan gelas/beling. Mungkin bisa ditambahkan juga dengan furnitur dan peralatan rumah tangga, tapi kan ga sesering yang 3 disebut duluan. Sekarang? Beeuh... dapur jadi penuh kantong sampah sampai 3-4 macam. Karena sekarang ada tambahan lagi yang harus dipisah, plastik. Yup, sekarang plastik ga boleh lagi dimasukkan ke restafval. Dia telah mengekslusifkan diri dari teman2nya sesama sampah rumahan. Bahkan gementee (kantor walikota) menyediakan plastik khusus untuk sampah plastik ini, gratis. Selain itu, yang berusaha kabur dari grup restafval adalah buah-buahan dan sayur yang merupakan sampah organik. Tetapi sampah organik ini masih boleh

de Travellers: Menapaki Waktu di Bumi Tengah

Alhamdulillaahirobbil 'alamiin. In sya Allaah akan segera terbit buku keduaku with less drama ;). Really enjoy the making of this book. Bukunya sendiri bukan berupa antologi yang merupakan kumpulan cerita beberapa orang, tetapi merupakan cerita yang kami godok bersama sehingga ditetapkan 1 nama yang mewakili penulis sebagai satu kesatuan tim. Tulisan kami menyatu bersama, saling mengisi dalam kelebihan dan kekurangannya. Walaupun mungkin dalam beberapa segmen akan terlihat bahwa yang menulis adalah orang yang berbeda dari gaya penulisan dan pemilihan kata. Buku  Menapaki Waktu di Bumi Tengah ini merupakan jejak langkah kami, de Travellers, di Saudi. Sungguh sayang orang hanya lalu lalang di bumi tengah ini hanya untuk datang ke dua kota yang memang penuh berkah, Mekkah & MAdinah tanpa tahu apa lagi yang bisa dilalui. Kemungkinan orang hanya mau beribadah saja saat datang ke Saudi, unaware, bahwa Allaah juga melukis bumi tua ini dengan warna-warna lain. Sebagian tempat m