Airline kumpeni, difoto sama si Mas yang iseng motoin semua pesawat |
Kembali lagi aku ke negeri kumpeni yang kadang suka betein ini. Tapi tinggal di Arab membuatku kapok. Telan aja deh semua hal2 yang nyebelin dari sini, cukup ya Allaah pelajarannya selama 7 tahun kemarin. Walaupun sebenarnya kalau dilihat-lihat bukan hanya per se kesalahan si Arab aja yang bikin trouble in my paradise. But thaaat's another story.
Setelah berhasil menutup buku cerita di Saudi, kumulai lagi perjalanan baru hidupku dengan menapakkan kaki di tengah heatwave di Frankfurt Airport. Ya, karena kami terbang dengan Saudiair, kamipun cuma terbang sampai Frankfurt. Setelah itu, dengan mobil sewaaan, kami pun menuju ke pitstop di Heidelberg sebelum menuju Amsterdam. Alhamdulillaah, dibanding menemui rumah yang kosong tanpa apa-apa, kami dapat melepas lelah dan stress sejenak di HD. Setelah cukup melepas penat dan cerita selama 2 malam, Minggu paginya kamipun berangkat kembali ke Frankfurt untuk naik bis Eurolines ke Amsterdam. Mengingat Id Fitri akan jatuh pada hari Kamisnya, kami pun meninggalkan 3 koper besar kami di Heidelberg, dan hanya membawa 2 koper besar dan 3 cabin lugage. Tapi tetap aja rempong yaak.
Frankfurt Hbf |
Untungnya, semua urusan yang kami tuju ada di stasiun kereta utama Frankfurt (Frankfurt
Hauptbahnhof/Hbf). Mobil sewaan bisa dikembalikan disana tanpa extra charge dan stasiun bis Eurolines juga berangkat dari sana. Sayangnya, bisnya telat sejam dari jadwal. Cape juga nunggu sejam, karena tadinya kita takut telat sampai sana. Ternyata kecepatan sejam lebih dari jadwal. Perjalanan dengan bis ini memakan waktu kira2 6-7 jam. Agak lebih lamalah dibanding dengan naik mobil sendiri. Mana ada tambahan macet dekat Koeln. Tapi alhamdulillaah, sampai juga kami Amsterdam Amstel, lalu menyambung lagi perjalanan dengan naik taxi ke rumah kami yang baru.
Aah, walaupun ternyata cukup jauh dari Amsterdam masih berantakan belum banyak berisi, inilah home sweet home ;). Apalagi di kebun belakang rumah berdiri pohon fully bloom dengan bunga berwarna UNGU!!! Berasa disambut dengan hangat niiih. Kok ya pas dengan warna favorit. Hello Amstelveen!
Hari-hari pertama pun diisi dengan bepergian ke IKEA dan M*diaM*rkt hehehe. Belanja buat isi-isi rumah. Dan hari pertama rumah berantakan kami dikunjungi oleh sobat lama yang membawakan makanan buat iftar dari M*ram, resto Turki halal dishes yang ternyata ueenaaak boow. Cateet! Makasih ya maaak!
Cuma 3 hari kami berkeliling-keliling, bahkan daerah sekitar rumah pun belum sempat dijelajahi kecuali dengan kaki. Saat Iedul Fitri, kami pun solat di Amsterdam (ceritanya nyusul), lalu pulang sebentar dan beberes lalu langsung cabut pergi lagi ke Heidelberg. Idiiih, dalam seminggu bolak-balik ke Heidelberg pake ninggalin koper pula disana. Ada sapa siiih? Heheheh... Yah tebak aja sendiri, siapa sih orang yang sampai segitu dibela-belain buat spend Ied disana.
Dua hari aja kami istirahat disana, lalu aku en hubby pun berangkat kembali ke Amstelveen buat beberes rumah dan melengkapi isinya, sementara anak-anak kami tinggal di HD biar mereka bisa bebas main juga istirahat, dan kami lebih leluasa bekerja. Jugaaa, rental car kami bisa lebih lega membawa most of the stuff yang kami titipkan di HD. Aih, penuh juga tuh Dan waktu yang kami perkirakan 1 hari bisa selesai ternyata molor jadi 2 hari. Untungnya Ikea Amsterdam buka hari Minggu. Yah, ternyata setelah 7 tahun banyak juga yang berubah. Waktu tutup toko-toko kebanyakan bukan lagi jam 5 tapi jam 6. Lalu banyak juga yang buka di hari Minggu. Tapi sepertinya ini hanya berlaku di daerah Amsterdam dan sekitarnya sih.
Yah, akhirnya memang 2 minggu ini kami isi dengan beberes rumah plus persiapan anak sekolah yang sudah harus mulai seminggu setelah kami kembali dari Jerman. Jarak Amstelveen Frankfurt yang kira-kira 500km satu arah, dijalani kira-kira 5 kali dalam waktu 2 minggu. Waaah, 2500km drive boow. Untung masih summer, dan karena sempat hujan di daerah sekitar Baden Wuttemberg, kami pun dapat melihat rainbow yang tinggi banget. Bahkan full bow udah kayak di lukisan aja. Subhanallah. Kayaknya dulu di Indo ngeliat pelangi ga setinggi itu.
Untuk sekolah, sayangnya, sekolah anak yang dekat rumah penuh, sehingga harus cari sekolah lain dan akan ada cerita lain. Ada juga cerita tentang internet blackout padahal sekarang ternyata disini internet itu suatu kebutuhan pokok.
Untuk sementara, mari berepot-repot ria membersihkan dan merapikan rumah, yang sampai tulisan ini dibuat kok ya belum beres-beres. Dan juga menjelajah daerah di sekitar rumah kami. Sambil selonjor kaki karena selama belum punya wheels, baik yang two wheels maupun four wheel, kaki dan public transport pun menjadi main means of transport. Yah, hitung-hitung olahraga deh, walaupun pegel juga karena otomatis 7 tahun ga pernah makai kaki buat transport hihihi...
Comments
Post a Comment