credit |
Akhirnya terkabul juga hasratku yang terpendam berbulan lamanya. Berulang kali aku melancarkan rayuan mautku kepada Reyna, si kembang kampus, tanpa hasil apapun. Tetapi hari ini, kuterima surat merah jambu bertanda tangan Reyna. Benar, sepucuk surat berwarna merah jambu dengan harum semerbak saat amplopnya kubuka.
Isinya singkat saja, “Dear Tony. Kutunggu kau di rumahku
hari Sabtu pukul 7 malam. Reyna “. Gambar hati menghiasi beberapa sudut surat
itu. Jadi dengan begitu aku punya waktu 3 hari untuk memutuskan Syifa atau
menduakannya lagi, kali ini dengan Reyna. Hal itu tak sulit bagiku. Memang
sudah sebulan terakhir aku pacaran dengan Syifa. Dan baru minggu lalu juga aku
tak kesulitan untuk memutuskan hubungan dengan Lani. Tiga hari buatku berpikir.
Sabtu sore saat aku bersiap, Edo, teman sekosku dengan penuh
rasa iri berujar, “Kau ini beruntung sekali Ton. Dikejar-kejar gadis cantik, pulang
pergi pun dijemput mobil mewah”. Aku tertawa penuh rasa bangga. “Taktislah kau
bermain, Do. Mereka ini kan tidak ada yang sekampus. Tidak pula satu
universitas. Pintar-pintarlah kau mengatur waktu”. Edo hanya geleng-geleng
kepala, namun wajahnya meronakan keinginan yang terpendam. Aku cukup mengenal
sahabatku itu, untuk tahu apa yang ada di kepalanya. Punya dua pacar cantik, siapa
yang tak mau. Ya, aku akhirnya memutuskan untuk menduakan Syifa yang selalu
bersikap royal untukku.
Pukul 7, aku pun berdiri di depan pintu rumah Reyna yang
megah sambil menunggu jawaban dari ketukanku. Reyna sendiri yang membukakan
pintu sambil tersenyum manis. Kami lalu duduk berdua di ruang tamunya yang luas
sambil mengobrol basa-basi. Sampai kemudian ia menanyakan, apakah aku benar
bekerja sebagai penulis karena sebenarnya ia mengundangku ke rumah untuk meminta
bantuanku menulis skripsi.
Bagai tersambar petir, aku ternganga. “Reyna, aku pikir kau memberikan
jawaban positif untuk jadi pacarku saat kau kirim surat merah jambu itu.
Jawaban dari setiap ajakanku untukmu.”
Reyna tertawa, “Pacar? Aduuh, maaf. Saya tidak pernah
tertarik sama kamu Tony. Memang saya akui kamu itu ganteng, supel, pintar.
Pokoknya tipe superman deh”. Lalu ia
berhenti tertawa dan dengan dingin berujar, ”Tapi saya sudah punya tunangan dan
akan menikah setelah saya selesai kuliah.”
Aku pun semakin ternganga. Tiba-tiba bel berbunyi, dan Reyna
membukakan pintu untuk seorang pria tampan berpenampilan necis. “Tony perkenalkan,
ini Dean tunangan saya.”
Aku berdiri dan mendelik marah melihatnya. Tetapi sesaat
kemudian jantungku bagai berhenti berdetak saat melihat sosok di belakang
pemuda itu.
“Dan, ini Syifa, adik Dean”, ujar Reyna. “Kau tentu sudah
mengenalnya, bukan? Seperti juga kau mengenal Lani, sahabatku dari SMA”.
Terdengar ia berusaha menekan kemarahan yang meluap.
Syifa kini berada di hadapanku. Tiba-tiba, PLAK! Telapak tangannya
mendarat keras di wajahku.
“Penipu” serunya. Ia
hendak mencakarku dan kakaknya mendekapnya menjauhiku.
“Waktunya anda pergi dari sini”, usir Dean, tegas.
Tanpa disuruh pun aku sebenarnya sudah tahu. Aku pun pergi
meninggalkan rumah itu. Reyna telah bermain dengan amat baik, hatiku hancur
bersama dengan reputasiku. Dan aku tahu tak mungkin aku bisa beraksi lagi di
kampus ketiga gadis itu. SIALAN!
***
jumlah kata: 476/500
Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."
hihihih, kena batunya si playboy :)
ReplyDeletehehehe sukuriin :)
Deletehanya bisa mentertawakan.... hahahaha..... :)
ReplyDeletemoga2 yg ditertawakan playboynya yaa, bkn tulisannya yg masih raw banget hihihi...
Deletemakasih visitnya
keren Mba Vica cara ceritanya. Padet. :)
ReplyDelete