credited from here |
Bukannya sok nasionalis kalau saya bersikeras berbahasa Indonesia pada anak-anak saya. Sejak lahir mereka tinggal di luar Indonesia. Tapi toh kalau berlibur, mudiknya kan ke Indonesia juga. Masak, mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan kerabat-kerabatnya. Jadi, sampai sekarang, saya selalu berbicara bahasa Indonesia pada mereka, walaupun seringkali mereka membalas dalam bahasa Inggris. Dan sebenarnya juga tak jarang saya berbahasa Inggris dengan mereka karena mereka tidak mengerti bahasa Indonesianya (tutup muka pake kamus). Mereka belajar berbahasa Inggris tentunya dari sekolah. Selain itu pergaulan mereka dengan anak-anak di sekolah dan tetangga di kompoun sewaktu di Jeddah juga dalam bahasa Inggris karena mereka tidak bisa berbahasa Arab. Tentunya ditambah dengan bantuan channel TV anak-anak yang mereka tonton.
Hanya saja karena berbicara dalam dua bahasa inilah, sering terjadi salah paham. Gegar bahasa yang tidak bisa dihindarkan. Jadi disini ceritanya saya mau merekam polosnya gegar bahasa, supaya suatu saat nanti mereka bisa membaca dan mengingat perjalanan berbahasa mereka.
Dimulai dari ini aja yah label gegar bahasa bocahnya :)
=======
Hari itu saya dapati tunas lidah buaya yang sedang dicoba ditanam di kebun depan rumah di kompoun di Jeddah mati. Maksud hati sebenarnya bicara sendiri karena kecewa, tapi ternyata ada yang mendengar dan menanggapi.
Me: Yaah lidah buayanya mati
R: haah, ada buaya. Alligator? mana... mana (sambil nengokin kebon)
M: Lidah buaya, maaas. *Sambil nunjuk si taneman.
R: ada lidahnya buaya? mana siiih... *sambil masih penasaran ga nemu yang ada di pikirannya
M: itu looh, tanaman ijo itu namanya lidah buaya
R: ooh itu....
Pas di dalem rumah.
R: Mom, kok namanya lidah buaya? Buayanya mana?
*jiaaah, kekeuh nyari buaya
=====
Z: "Mommy, mommy, I know what "NO" in English.
Me (bingung): No in English?
Z: Yaa... No in English is LA
Me: ngikik... LA is NO in Arabic dek...
Z: Ya mommy... No is LA
hadeeh...
=====
Me: dek ayo dmakan ikannya, biar rambutnya cepet panjang.
P: no, I don't want to eat fish
M: kenapa, fish itu buat bikin rambut adek bagus kayak princess
P: fish are friends... Not fooood...
M: gubraaaks...
*efek habis nonton Finding Nemo (lagi)
====
Me: mendingan naek sneltram apa bis?
Hubby: naik sneltram aja, lebih deket stasiunnya
R: kok naek sneltram mommy? Nanti jalannya lambat?
M: lambat? Naik sneltram malah cepet mas
R: kan snail jalannya lambat...
M: ngikik
H: snel means fast in Dutch, mas. Not snail in English...
R: Ooooh....
=======
R: Oom...oom... liat tuh ada black cloud...
My brother: black cloud apaan?
R: itu tuuh...(nunjuk mendung)
Oom: mendung itu...
me: ngikik...
========
At Eyang Ti's place, si princess buru-buru mendatangiku lalu berbisik
P: Mommy....paper bahasa Indonesia apa?
M: kertas dek...
P: thanks
lalu lari ke dapur...
P: mba Ciiiii.... minta kertas doong.
Me: halaah!
Halooo mak, sudah lama tak berkunjung di mari. Apa kabarnya mak?? Sehat..
ReplyDeleteIhh anaknya lucu banget ya, jadi ingat teman saya yang baru pindahan dari Jawa ke kalimantan, yang g bisa bahasa indonesia sama sekali, bisanya bahasa jawa medoook *bener g itu istilahnya....
halo juga mak Tina, sama saya juga udah lama ga main ke blog sendiri hihihi. Maaf juga belum kunjungan balik.
DeleteEmang kalo bocah polos tuh lucu yaa.. Mau pake bahasa apapun itu.
ahaha minta kertas di dapur, maksudnya merica ya mbak :D
ReplyDeletehihhi, enggak mak.. maksudnya yang dimintain tolong kebetulan lagi di dapur...Dia memang lagi cari kertas buat gambar2 :p
Delete