Skip to main content

Ghibah - Kebiasaan Buruk yang Bikin Tekor

Bismillahirahmanirrahiim.

Image: Stuart Miles / FreeDigitalPhotos.net
Apaan sih Ghibah? 

Tau kan gosip? Semakin digosok semakin sip. Halaaah. Sip buat sapa cobaaa? Nah ghibah itu kata lain dari gosip. Ghibah itu adalah ngomongin orang lain yang kalo didengar si objek pembicaraan, membuat si objek merasa sebal atau marah.

Lah terus kalo yang diomongin itu benar gimana? Ya itu namanya ghibah. Kalo salah itu namanya fitnah. Seperti dijelaskan dalam Hadits berikut:

Apakah kalian tahu apa ghibah itu ? Mereka menjawab : ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Beliau bersabda : ‘Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci, maka kamu telah melakukan ghibah’. Beliau ditanya : ‘Bagaimana jika sesuatu yang aku katakana ada pada saudaraku?’ Beliau bersabda : Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah, dan apabila yang kamu bicarakan tidak ada maka kamu telah membuat kebohongan atasnya “ [HR. Muslim no. 2589, Tirmidzi no. 1934, Malik 2/252, dan Ahmad 2/230]


Ghibah itu digambarkan sama buruknya seperti makan bangkai seperti tertulis dalam surat Al Hujurat ayat 12

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."

Iih makan bangkai, yang bener ajaah. Emangnya burung vulture. Tapi memang seperti itulah Allah menjelaskan buruknya berghibah. Makanya kebanyakan ustadz(ah) mengutip ayat di atas untuk mengajak jamaah menjauhi ghibah.

Image: Rosen Georgiev / FreeDigitalPhotos.net
Tapi terus terang, aku memang tau berghibah itu jelek dan berusaha menjauhinya. Karena kalau lagi ngumpul atau nelpon kan kadang sukaaa aja keceplosan kan. Yah, namanya juga usaha..Emang harus keras niatnya.

Hanya saja nii, aku kok kurang nyambung dengan perumpamaan makan bangkai ini. Maklum kalau soal agama, aku seperti masih duduk di bangku SMP kali ya (sok naikin kelas sendiri niih).

Sampai suatu waktu, ustadzahku memberikan tips yang sepertinya lebih  nonjok. Dia ambil dari suatu hadits, tentang kerugian orang berghibah. Yaitu akan menjadi orang yang merugi di saat hisab nanti karena pahala yang sudah susah payah kita kumpulkan akan ditransfer ke orang yang kita ghibah. 

WHAAAT!!! 

Iyaaa. Pahala, kebaikan, amal soleh, kerja keras yang udah kita kumpulin digerogotin sama yang namanya ghibah. Bayangin aja. Kita bangun solat malem aja usahanya setengah mati kan, belum lagi pas hajian or umroh. Terus kerja halal sehari-hari kan itu jihad juga. Tambah lagi puasa. Setengah mati kan kalo dibayangin sebenernya usaha fisiknya. Belum lagi usaha nahan emosinya yang jelas lebih melelahkan dari sekedar kerja fisik.

Tambah lagi kita "buang harta" yang kita kumpulkan untuk sedekah, pergi haji, pergi kerja, sekolah, qurban or wakaf. Bukan buang harta sih, tapi akan jadi bener2 buang harta, karena yang kita pikir untuk bekal kita di akhirat taunya diambil orang. Eits, sapa yang ambil. Ya orang yang kita ghibahin. 

Bayangin aja, kayak kita pergi ke bank mau ambil tabungan pensiun yang udah kita kumpulin sejak lama dengan susah payah, taunya pas sampai sana si teller bilang, "Maaf, dana ibu habis". Atau "Maaf, dana ibu hanya tinggal sekian". "Loooh, sapa yang ambil mbak?". "Ibu sendiri, ibu transfer ke si A, si B, si C, si D". 

Jiaaah! Tekor daah. Mana itu kan orang2 yang kita sebelin. Enak bener tuh orang. Udah kita sebel ama dia, dengan gampangnya dia ambil "harta" yang kita kumpulkan dengan susah payah. Tambah sebel lagi, karena itu kesalahan kita sendiri ngomongin dia yang jelek2. Rasanya seperti sakit karena nyandung kursi, masak karena kesel mau nendang kursinya lagi haduuh. 

Terus terang konsep ini lebih nyambung di otak ibu2ku yang kalau duit aja perhitungan banget :p Atau emang otakku ga nyampe ama konsep vulture itu. Harus banyak belajar lagi. Dan terutama harus lebih keras lagi menahan diri dari berghibah.

Tetapi ada ghibah yang dibolehin looh. Keadaan2 berikut inilah yang dibolehkan:

1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bantu membantu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.


3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.


4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan contohnya: Apabila kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.

5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan

6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.


Moga2 ada manfaatnya. Kalau bener datangnya dari Allah Subhannahu wa Ta'ala, kalau salah yah maap...

Comments

  1. nice share Vica...kembali diingatkan...emang ghibah ini susah banget diilanginnya karena kadang secara gak sadar apalagi klo lagi kumpul2 sama temen, di telpon, pasti jadi ngomong kemana2 yang secara gak kita sadari jadi ghibah...:(
    Smoga kita dijauhkan sedikit demi sedikit ya ...amiiiinnn :D

    ReplyDelete
  2. aamiiin...
    emang susah sih. Yg penting usaha dulu deh kalau aku :)

    ReplyDelete

Post a Comment