Skip to main content

Saat Rutinitas Sekolah Harus Berubah

credit

Setelah sekitar 2 minggu anak-anak bersekolah, rasanya ada yang hilang dari keseharianku. Dua hal yang terasa hilangnya adalah memasak lunch buat anak dan mbantuin bikin homework.

Sewaktu di Jeddah, rutin si princess pulang dijemput bapaknya. Jadi setelah berbenah rumah, langsung aku masak buat mereka lunch. Sekitar jam 1-1.30 siang, mereka sampai di rumah dan langsung makan. Saat hubby siap balik lagi ke kantor, my little man pun tiba dari sekolah diantar bis sekolah.

Tentang bus memang perlu agak diluruskan. Saya orangnya belajar sejak mahasiswa untuk ga prejudice apalagi sama orang ga dikenal, tapi tiba di Arab, semua negativity entah kenapa keluar *tutupmuka*. Tapi ada satu hal yang salah kaprah dari beberapa teman disini. Dipikirnya kalau naik bus sekolah, karena anak kita anak Indonesia bakal dianak tirikan. Enggak kok berdasar pengalaman. Semua anak diturunkan berdasar daerah dan kedekatan dengan sekolah. Kalau yang jauh ya yang apes. Bukan apes karena anak Indonesia di anak tirikan. Dan sudah diitung-itung biayanya, sama aja naik taxi indo rame2 dengan naik bus sekolah kok. Dan kalau jauh kan juga diturunin belakangan (kayak emaknya yang selalu belakangan diturunin abis ikut pengajian :(). Kebetulan sekolah anak-anak ga begitu jauh dari rumah, pada  awalnya. Tetapi setelah jalan utama Andalus street ditutup semua persimpangannya, jadi berasa jauh karena puterannya juga jauuuh banget. Si mas biasanya turun nomor 2 atau 3 gitu. Pernah sih, biasa pulang paling lambat jam 2.30, tiba-tiba molor sejam. Taunya si supir ganti arah ke yang jauh dulu yang bahkan tidak satu distrik dengan bus si mas. Setelah kami protes, balik lagi deh anak kami ke urutan 2-3 yang diantar. Ternyata gara-gara awal-awal pengalihan arus Andalus street yang membuat menyeberang dari distrik Hamra 1 (sekolah) ke Hamra 2 (rumah) jadi jauh banget yang membuat si supir banting setir.


credit
                  
Balik lagi ke rutinitas sekolah. Setiap pagi, sekolah yang mengadaptasi kurikulum Amerika Serikat ini mulai morning roundup jam 7.45 dan kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 8.00. Biasanya sih, anak-anak agak telat, langsung aja masuk jam 8 hehehe. Panas pagi-pagi disuruh kumpul di lapangan. Tapi ternyata yang telat bukan hanya kami. Untuk soal disiplin bersekolah Indonesia jauuuuh lebih disiplin daripada di Arab. Walaupun namanya internasional school, tetep aja banyak yang telat. Mobil berderet-deret di depan gerbang mengantarkan anak ke sekolah dan membuat kemacetan. Hal yang sama terjadi pada jam 12-1 siang saat waktunya siswa-siswi KG pulang dan juga jam 2 siang, saat semua siswa kelas 1-9 keluar. Kembali deretan mobil akan memenuhi jalan depan sekolah diiringin dengan riuh rendah anak-anak yang masuk ke dalam bus sekolah masing-masing.

Yang paling bikin nyesek adalah mereka anak-anak sebesar ini harus membawa koper sebesar cabin bag untuk membawa seluruh buku mereka ke sekolah. Isinya mungkin hampir 10 kg lebih kali... Mau nangis rasanya. Dulu waktu di sekolah kurikulum India ga seperti ini, dan aku puas dengan hasilnya. Bayangin, geretin koper gede-gede. Aku pernah protes ke guru-gurunya kenapa ga ada loker, kenapa buku ga ditinggal di sekolah dan buku LKS aja yang dibawa pulang. Dibilangnya ga ada loker. Gimana ga pengen mindahin sekolah. Sayang entah kenapa si mas kayak dipelet ga mau pindah dari sekolah yang ini...gemeeessss....



Lalu sekarang pindah ke Belanda, pagi-pagi abis subuh aku langsung bangun nyiapin makanan untuk anak-anak. Yang namanya subuh kemaren itu mulai jam 5 ya, bahkan sebelum daylight saving time selesai tanggal 27 Oktober kemaren, subuh itu jam 6.25 :p. Jadi bisa dibilang malah bangun sebelum subuh hihihi...Sekarang sih udah balik normal ke jam 5-an lagi. Sebelumnya sempet pusing karena adjustment. Bekal aku buat untuk dua kali break. Untuk snack break jam 10 pagi kusiapkan buah, dan lunch break jam 12, roti. Setelah itu mereka bangun dan bersiap ke sekolah. Sewaktu belum pakai sepeda, dengan diantar daddynya, mereka naik bis. Walaupun morning roundup jam 8.45 dan pintu baru dibuka jam 8.30, mereka harus sudah pergi dari rumah jam 8, kalau tidak mau ketinggalan bis yang datang jam 8.10. Bisnya bis umum yaa, bukan bis sekolah.

Mereka harus berangkat sepagi itu, padahal jaraknya cuma 5 menit dengan bis. Sebab kalau naik bis setelahnya, malah bisa telat. Jadi dengan adanya sepeda, anak-anak bisa lebih santai berangkatnya. Jam 8.15, paling lambat 8.25, baru berangkat dari rumah sehingga bisa sampai sekolah pas antara jam 8.30-8.45. Saat itulah mereka bebas bermain. Dan saat mengantarkan ke sekolah, biasanya para orangtua ikut ke dalam kelas. Kadang daddynya disandera princess Z buat bacain buku dulu. Sementara si mas mah sibuk maen. Jam 8.40, orangtua dipersilahkan keluar en say goodbye sama anak-anaknya.

Makanya aku tidak lagi masak untuk lunch jam 1. Yah mendingan masaknya belakangan. Makanya aku malah jadi sering lapar, karena keskip waktu lunch yang normal. Saat anak-anak pulang jam 3, aku berangkat menjemput mereka. Pertama kali aku juga naik bis, berangkat dari rumah jam 2:15, takut ketinggalan bis. Besoknya aku naik bis lagi ke halte yang agak jauh dari rumah, sekalian menghitung waktu, karena kemarin aku kecepetan samape halte.. Yah karena bis cuma lewat setengah jam sekali, bete juga nunggu hampir 20 menitan di lapangan sekolah. Orangtua murid lainnya biasanya baru datang sekitar 5-10menit sebelum bel. Minggu depannya aku pun ikut-ikutan mencoba jalan kaki seperti anak-anak yang tadi paginya ketinggalan bis. Ternyata cuma 20-30 menit jalan loh ke sekolah. Ya sudah, daripada bayar bis mahal, mendingan jalan kaki lebih sehat dan ga lama cengo di lapangan sekolah. Tapi tetep ajaa, pulangnya naik bis yang harus nunggu setemgah jam, karena anak-anak kecapekan kalo jalan kaki, terutama si mas, karena lil princess aku dorong di keretanya hehehe.. Sekarang karena udah punya sepeda, nyarinya lama pula seperti di cerita sebelumna, kami lebih seneng genjot sepeda. Sampenya lebih cepet apalagi dengan si mas yang seneng ngebut en ga pake bete nunggu bis. Jam 3.30 yang biasanya kami baru naik bis, sekarang sudah bisa sampai di rumah.

Lama-lama aku berkenalan dengan seorang ibu Indonesia yang suaminya expat dari Jepang. Di kota kami ini memang terkenal banyak sekali expat, terutama dari Jepang. Beberapa kali main, dia melihat pola kami. Dia sempat bilang, kamu makannya ga teratur ya, kok jam 3 baru makan. Dirunut-runut bener juga ya. Iya soalnya kebiasaan dulu kan baru makan pas pulang sekolah. Ia pun sharing pengalaman, memang dulu sempet pusing juga adjustment kayak aku, waktu dia baru pindah dari Jepang. Jadi dia ngusulin buatin aja bento atau lemperku sebagai lunch box. Memang sebelumnya gara-gara liat dia  nyari lemper, aku jadi buatin anak-anak lemper buat ke sekolah. Nah, baru setelah pulang sekolah dia kasih snack lagi. Makan  malamnya baru deh sesuai jadwal.




Bener juga yaaa... Akhirnya coba deh buat-buat bento simple sampe mencoba yang cantik kayak di blognya mak Fitry. Mencoba cantik loh yaaa -biasanya sih gagal cantik, yang penting kemakan :p-. Jadi setelah itu anak-anak makan lunch deh di sekolah. Dan aku pun ga terlalu stress ngejar lunch terus tau-tau langsung masuk waktu dinner.

Nah, setelah pulang sekolah ini, mereka ga ada tuh yang namanya PR. Buku-buku pun ga ada yang dibawa. Mereka cuma ke sekolah bawa lunch box n botol minum. Padahal dah kadung, gue beliin tas ransel gede :p. Seminggu dua kali si mas bawa tas tambahan lagi berisi handuk, sepatu olahraga bersol putih, dan baju ganti. Yap, waktunya pelajaran olahraga. Di peraturan sekolah tertulis, sepatu tidak boleh sol hitam karena akan merusak lantai lapangan gym dan kalau ga bawa handuk ga boleh ikut gym, karena habis gym harus mandi. Udah that's it.

Sebagai ibu pengen doong tau perkembangan anaknya sampai mana, belajar apa. Selain dari cerita mas, juga pengen liat bukunya. Tapi ga ada yang dibawa pulang. Jadi suatu waktu kami minta meeting sama gurunya. Dia menjelaskan bermacam-macam (macam-macamnya bisa satu cerita sendiri) tapi intinya, untuk sementara penekanan pada si mas adalah belajar bahasa Belanda dulu biar bisa mengikuti. Soalnya untuk math dan sciencenya dia sudah bagus. Ya iyalah, dia kan sekarang di grup 4 atau setara Grade 2. Seharusnya jagoan kecilku ini udah naik grup 5, tapi karena umurnya nanggung, dia ga dimasukkin grup 5. Hiks... Batas umurnya 6 tahun di bulan Januari untuk bisa masuk grup 3 :(

Selain itu dia juga (baru) belajar menulis halus dan membaca (bahasa Belanda sih). Aduuuh aku pikir kok telat banget. Tapi sekarang melihat dia menikmati banget sekolahnya, I have to admit, mungkin pola belajarku yang dulu beda dengan anakkku. Dia menikmati maen dan masih nyanyi, temen-temennya yang disiplin untuk diam sehingga membantunya untuk tidak pecah konsentrasi, dan guru yang jarang malah ga pernah berteriak seperti di sekolah yang lama. Dia menuturkan sendiri beberapa alasan lebih senang sekolah di belanda, terutama sih karena ga ada homework *tepokjidat.

Mungkin memang anak-anak lebih baik diberi kesempatan bermain sebanyak-banyaknya dulu. Eksplorasi keadaan sekitarnya (ini masuk dalam pelajaran sekolah) mengenal emosi di masyarakat (social - emotional ontwikkeling). Misalnya seperti minggu ini, pelajarannya adalah "Bekerja dan Bermain Bersama". Logikanya supaya orang mendengar (listen, bukan hear) kita, kita harus membuat orang suka ama kita. Caranya, yang dengan berbaik-baik kepada orang lain melalui bermain bersama. Haduh, baca penjelasannya jadi pengen liat pelaksanaannya. Soalnya bagiku yang dulu ga pernah dapet kayak ginian di SD ya tentu aja bingung dan membuatku belajar hal baru. Jadi keponya kumat :D


Yang penting sekarang anaknya senang bersekolah dan tidak terlalu tertekan apalagi harus bawa buku-buku berat. Dan sepulang sekolah jadinya bisa buat hal yang lain seperti main di luar, belajar baca quran dan belajar membaca bahasa Belanda atau maen ke museum:)

Comments

  1. setiap negara py beragam crt ttg rutinitas sklh, ya.

    Indonesia dlm hal buku pelajaran, mungkin sdkt mirip dg Arab yg bw bukunya byk dan tanpa loker. Tp pas kurikulum baru disini bawaannya jd jauh lebih ringan. Anak sy cuma bw 1 buku aja utk seharian belajar di sklh :D

    Tp kl sy sih seberat apapun kurikulum anak di sklh, sebisa mungkin stlh mrk sp di rumah sy bikin nyenegin kl mrk hrs belajar. Makanya sy gak kasih mereka les2 akademis. Tp cukup belajar dg sy dg cara bermain. Karena dunia anak memang dunia bermain. Lagipula belajar sambil bermain itu gak akan berasa belajar :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mak. Walaupun sy yg geregetan kok banyak maen terus sih, kan udah kelas 2...hihihi. Tapi saya pikir2, emang masih seneng maen kali ya asal besarnya ga maen2 hehehehe plus kayaknya yang ada bimbel cuma di Indonesia ya.

      Delete
  2. MAk, UAe juga bawa buku secabin juga :( dah itu doang sih keluhannya

    sekolah dr jam8 - jam 3 sebenernya itu kelamaan juga tapi di indo jg sekrang gtu ya klo yang IT :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. American apa British mak? Sama aja yah? Kasihan anak2 bw yg berat gitu yak, mana anakku kurus pula.
      Jam 9-3 kalo di Belandnya mak. Jam 8-2 di Saudi. Tapi enaknya buat anak2 yg di Bld udah ga ada HW di kelas juga banyak maennya, smtr di saudi udah lama di sekolah, ada HW.

      Delete
  3. Blogwalking malam-malam pas lihat postingan ini kurang tepat waktunya, jadi laper lihat makanannya -,-

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduuh jadi malu... padahal tampilannya agak2 meragukan pas mau dipajang. Makasih dah mampir mak Titis

      Delete

Post a Comment