Skip to main content

Parno Hujan Endemik di Jeddah


 Weather forecast: Jeddah kemungkinan hujan 50%. Kalau di Jakarta atau di Belanda mungkin orang hanya siap-siap bawa payung dan melanjutkan kegiatannya seperti biasa. Tapi tidak di Jeddah. Saat kemungkinan hujan baru 50%, orang sudah was-was. Saat hujan turun rintik-rintik di satu distrik, orang mulai panik. Dan kepanikan itu diikuti dengan dipulangkannya anak-anak dari sekolah. Dan saat hujan merata ke seluruh Jeddah, semua orang kantoran pun ikut pulang.

Sampai segitunya??? Ya begitulah gambaran keadaan tahun ini di Jeddah saat musim dingin. Orang paranoid hujan berjamaah, alias endemik. Padahal dulu, yaitu sampai sekitar 3 tahun yang lalu, di Jeddah, hujan hanya turun 2 kali, SETAHUN. Jadi kalau sudah hujan sehari bulan Februari, yah tinggal sehari lagi, biasanya November atau Desember.

Kenapa sih bisa parno banget sama hujan? Berawal dari kejadian di tahun 2010 yang terjadi hujan deras beberapa hari lalu terjadi banjir. Parah loh nih, sampai ratusan orang tewas. Dan tahun lalu, tahun 2011, hujan terjadi berhari-hari dalam beberapa minggu. Sampai pada suatu hari Rabu, jebollah dam di luar kota Jeddah, yang menyebabkan jalan raya utama di Jeddah kebanjiran. Kembali ratusan orang tewas.


Padahal curahnya kalau dilihat dan dibandingkan dengan curah hujan di Jakarta tidak terlalu banyak. Kok bisa banjir? Ternyata, di Jeddah tidak ada sistem pembuangan air atau got yang memungkinkan air untuk berjalan di bawah tanah. Tidak pula ada sistem air yang mengalirkan air hujan dari darat ke laut. Semuanya cuma beton dan aspal.

Jeep kejeblos, jadinya bukan 4x4, tapi 2x2 deh

Tak heran air pun hanya menggenang saja di jalanan. Kalau cuma hujan sebentar, genangan air banyak terdapat hampir di semua jalan di kota. Udah kayak sawah ajaah. Cuma didiamkan saja, dan akan kering oleh panasnya matahari selama beberapa hari. Maka dari itu, jalan di Jeddah kata seorang teman cukup bergaya off road. :(

mobil tumpang tindih kebawa banjir
Dan tahun lalu kejadiannya tambah parah karena jebolnya dam itu. Seluruh kota Jeddah dikepung air. Banyak yang mati, karena terbawa air yang deras. Bahkan suamiku pun terjebak banjir, dan harus mengelilingi kota Jeddah selama 14 jam untuk bisa mendapatkan jalan sampai ke rumah. Kemanapun jalan yang biasa ia ambil sudah tergenang bahkan terendam air tinggi sehingga diblokade oleh  National Garde. Ia rupanya bersikukuh untuk tidak meninggalkan mobilnya seperti kebanyakan orang. Ternyata keputusan yang bagus juga, karena banyak mobil terbawa arus atau tenggelam. Bahkan beberapa teman sekantornya ada yang harus merelakan mobilnya ditelan amukan arus air bersama ratusan mobil lainnya.

Kalau tidak kan, dia bisa tinggal menyeberang jalan besar di dekat rumah kami. Ternyata jalan besar itu sudah dipenuhi air sampai setinggi kuping. Jadi mana mungkin dia bisa nyebrang jalan yang sudah seperti arus sungai itu. Mana komunikasi terputus selama kurang lebih 8 jam, karena batere BBnya habis. Paniklah aku. Dan pertahananku pun runtuh karena terbayang hal-hal yang tidak enak saat melihat TV dan internet. Alhamdulillah dia bisa sampai di rumah jam 4 pagi. Dan setelah tidur hanya 4 jam, kami pun pergi ke Madinah, karena memang rencananya hari Rabu malam itu, kami pergi ke Madinah. Driving 14 jam? Hmm, udah bisa bolak balik 2 kali ke Madinah itu...:((( 

Tak heran dengan kejadian seperti tahun lalu, orang pun parno terhadap hujan. Bahkan cuma ada berita hujan di suatu distrik saja, seperti kemarin, anak sekolah sudah mulai dipulangkan. Sementara aku hanya bisa nanar menatap matahari yang bersinar dengan teriknya.

Sekolahnya libur nih

Beberapa tahun lalu, hujan adalah sesuatu yang amat ditunggu. 
Kehadirannya pun tak pernah mengganggu. 
Kini seharusnya diambil pelajaran dari masa lalu 
tentang penanggulangan bencana pilu.
Tpi orang masih lebih bersikap defensif dibanding proaktif 
dalam menghadapi fenomena alam yang sebenarnya amatlah biasa, hujan. 
Padahal duit banyak, mbok ya bikin gorong-gorong saja.

(ga nyambung ya puisinya hiihihihi)

Ya sudah, pengen tahu bagaimana parahnya banjir tahun lalu? Lihat gambar lagi saja yaaa...

DIJUAL MURAH AUDI BEKAS...(bekas kebanjiran)

Lubang tertutup air, menjadi jebakan maut

Salah satu main road di Jeddah yang tenggelam

Cendol mobil, kebetulan deket rumah pula :(


Comments

  1. mungkin karena biasa terik, jadi tata kotanya ga pernah mengira bakal ada hujan yg bikin banjir yak...

    bener tuh, ketimbang parno kenapa ga bongkar sana bongkar sini buat ngadepin banjir, yg mungkin aja kejadian lagi.

    kalo di daerah rumah gw, udah biasa banjir. etapiii, udah bbrp tahun nih ga pernah banjir besar. *amit2, jgn sampe deh*.

    ReplyDelete
  2. yup benul... yah karena biasanya cuma hujan 2x setahun itu.
    Nah disni katanya udah dibetulin tuh gara2 kejadian thn 2010, trus ternyata kok banjirnya di thn 2011 tambah parah.

    TErnyata ada korupsi project :(. Ih disini kl ketahuan korupsi niih, lsg dipenjara, dicopot dari jabatan. Malah katanya ada harta pejabat yg disita. Coba di Indo gitu juga.

    Bekasi ya? hehehe sodara gue dulu di daerah Bekasi langganan deeh :(.
    Jgn berharap ada banjir besar doong hahaha..

    ReplyDelete
  3. kyknya kl sy berkesempatan tinggal di Jedah bakalan kangen sm yg namanya hujan, ya :)

    Semoga Jeddah jg belajar dr pengalaman tahun sebelumnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi... jangan tanya kalau soal kangen itu mak. Kangen sama bau rumput basah.
      Di Belanda kan ujan sering bgt. Pas gurunya kita kasih tau, kalau anak2 jarang liat ujan, dia bilang, ooh pantesan kok dia girang banget pas liat ujaan *tutupmuka

      Delete
  4. Replies
    1. wkwkwk.... boleh. siap2 nerima lemparannya mak :d

      Delete
  5. Di daerah Fenny Banyumanik yang termasuk daerah atas ternyata juga sekarang kalau hujan tenggelam, ternyata karena hampir semua air dialirkan ke selokan jadi tertampunglah ketika ada hujan

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya memang saluran air yg terdesain dengan benar, yang bisa membantu mengurangi banjir ya mak Fenny.

      Delete

Post a Comment