credit McKenthus |
Kedatangan kami ke Jakarta bulan Juni kemarin memang mengemban misi untuk menyunatkan si Little Man selain mengungsi karena lontang-lantung seperti di cerita ini sih. Jadi ya saat datang di Jakarta, sudah tersedia berbagai informasi dan perkiraan sunatnya yang disesuaikan dengan kedatangan daddynya.
Kemarin itu ada beberapa tempat yang aku dapat info buat sunat yaitu di Rumah Sunat, Sentra Sunat dan RSIA Taman Puring. Di RSIA termasuk paling murah di antara ketiganya dan memakai metode sunat yang bisa dipilih antara sunat tradisional (bedah), sunat laser dan sunat smartclamp. Tetapi pas survey ke tempatnya, aku kok kurang sreg ya. Soalnya tindakannya di ruang ICU dan tiba-tiba teringat nosokomial infeksi di RS. Sunat kan bukan sakit seperti juga hamil, jadi malas juga memakai rumah sakit. Akhirnya aku en suami pilih Sentra Sunat karena lebih murah. Pas survey ke tempatnya juga bersih dan terlihat steril. Wong masuk aja sendal harus dicopot dulu. Yang terpenting, tempat ini memang khusus untuk sunat bukan seperti RS pada umumnya. Oh ya, RS banyak juga yang menawarkan tindakan sunat, tapi harganya cukup mahal loh. Berkisar antara Rp 1.5jt (itu sudah murah dari cerita tetangga) sampai Rp 4 jutaan.
Metode yang kami pilih adalah smart clamp yang katanya inovasi baru dalam dekade terakhir ini. (Maaf bahasanya harus nyebut-nyebut alat kelamin ya). Pengerjaannya adalah dengan memasang klamp di kulit penis anak yang hendak disunat lalu setelah dikupas kulitnya, kepalanya dipasangi tabung untuk mencegah infeksi. Tabung ini berfungsi sebagai pelindung penis yang baru terkelupas sehingga anak pun tidak perlu pakai sarung dan perban dan bisa langsung pakai celana dalam. Jadi tidak terjadi banyak pendarahan seperti proses sunat tradisional dengan bedah.
Bentuk awal si smart clamp
|
Sibuk main console |
Selama menunggu, aku membekali si mas dengan tablet buat main. Tapi sebenarnya sih tidak perlu, karena disana disediakan game console dan juga tablet yang beda merek. Eh yang maen console malah si adek ama oomnya, jiaaah. Sementara si pasien asyik n onton youtube di tabletnya via wifi gratis. Wuiih, jaman sekarang yaa, emang deh, impossible without gadget.
Saat memasuki ruang periksa dan tindakan, si mas pun masih bermain dengan tabletnya sementara kami berbincang dengan dokternya. Ruangannya pun bersih dan rapi tapi terus terang, aku agak meragukan tempat tidurnya yang tanpa beralaskan kertas alas yang disposable itu. Ga tau apa namanya. Yang umumnya ada di rumah sakit. Kan tempat tidurnya bekas orang lain juga gitu. Ya sudah aku mikirnya, nanti sampe rumah langsung dilap-lap deh si mas.
Lalu keadaan masih aman terkendali saat celana dibuka dan ia mulai diukur untuk mendapatkan ukuran smartklampnya. Sayangnya saat dia mulai disuntik bius lokal, mulailah terjadi perlawanan. Benar-benar terjadi pergulatan dan jeritan ketakutan pun memenuhi ruangan. Ia merasakan sakit saat disuntik yang sayangnya dipikirnya akan terasa sepanjang proses sunat. Padahal, saat dicubit dan dipegang saja, dia bilang sendiri tak terasa. Tapi tetap saja dia meronta.
Persiapan perang |
Tumpeng Mini Dadakan Post Sunatan |
Salah satu alasan menunda posting sih juga karena ingin melihat progressnya bagaimana sampai benar-benar sembuh. Apakah ada masalah dsb. Selama adanya tube, tidak ada masalah apa-apa. Cuma memang dia maunya bersihin sendiri, kasih minyak sendiri. Pokoknya ga mau dipegang. Masalah terjadi lagi saat klamp mau dibuka. Karena dia masih trauma dikhitan 5 hari yang lalu, terjadi perlawanan di atas meja tindakan. Umumnya sih cuma 10 menit, eh malah sampai 45 menit. Hadeeh maas...
Klimaksnya, pada hari kami harus terbang, tiba-tiba terjadi banyak pendarahan sampai merembes ke celana panjangnya. Dan saat itu kami sedang mengikuti acara pengajian di tempat saudara dekatnya suami. Untungya tempatnya tidak jauh dari Sentra Sunat di Pondok Kelapa itu. Kami pun langsung pamit dan pergi klinik. Disana langsung ditangani setelah ada ruangan kosong. Hehehe maap yaaa yang udah appointmen buat sunatan, emergency niih. Mana hari Sabtu pula, jadi banyak yang antri. Alhamdulillaah, pendarahan berhenti dan luka pun dibersihkan. Dan selama penerbangan tidak terjadi masalah pendarahan lagi.
credit |
O, ya setelah klamp dibuka, kami ceritanya mengadakan acara syukuran kecil, hanya mengundang saudara dan teman dekat. Jadi saat pada bertanya apakah dipestakan, ya aku jawab tidak. Yah, memang ga kepikiran untuk mestain layaknya kebanyakan orang Betawi. ART di rumah juga katanya mendatangi pesta sunat kerabatnya dan yang diundang 200 orang. Wuiiih...
Tetapi ternyata tanpa diminta dan dikasih undangan khusus, si pengantin sunat ini tiba-tiba mendapat rejeki nomplok. Dia mendapat banyak angpau dari saudara, teman dan tetangga. Senang sekali si anak 7 tahun yang jarang pegang duit dan juga jarang dikasih duit jajan ini mendapat duit angpau pertama dari eyang buyutnya. Kemudian dengan polosnya, dia menolak dikasih angpau dari tante sebelah. Katanya, "Aku udah dapet banyak kok" huahahahaha.... Tapi akhirnya diterima juga dan disimpanin eyangnya setelah si tante njelasin. "Kalau di Jakarta, sunatan itu dapat duit dari orang"...hihihi... Memang sisi ini ga pernah kita kasih tau. Tepatnya kita tidak tahu, karena saya kan tidak sunat dan bapaknya tidak disunat di Jakarta. Jadi mana ngerti lah kita.
credit |
Yah, alhamdulillaah selesai juga tugas mengkhitankan anak laki-laki satu-satunya ini. Semoga menjadi anak yang soleh, pintar, lebih besar badannya dan selalu dalam berkah dan ridho Allaah ya, Naak. Aamiin.
Alhamdulillah Ibu akhirnya Ibu telah selesai melaksanakan "tugas" mengkhitankan putra Ibu. Mohon izin untuk di-share ya Bu artikel blog-nya....
ReplyDeleteAlhamdulillaah, bebas tugas. Silahkan dishare dengan mencantumkan sumbernya ya pak.
DeleteAlhamdulillah, baik ibu, kami sertakan pula link alamat blog Ibu. Matur nuwun.
Delete